Dengarkanlah

Rabu, 26 April 2017

Lengger Dariah dalam “Nosheheorit”





            Sebuah karya seni dan budaya tak akan pernah mengenal kata sudah untuk digali, dikembangkan atau ditafsir ulang, termasuk lengger Banyumasan berikut para maestronya. Itu yang dilakukan oleh Otniel Tasman –kereografer asal Banyumas yang terus menggali seni tradisi tanah kelahirannya kemudian mengolahnya menjadi bentuk tari kontemporer tanpa meninggalkan warna aslinya.
Adalah Dariah yang menjadi sumber gagasan dalam melahirkan karya terbarunya: Nosheheorit tari kontemporer yang merupakan bentuk apresiasi terhadap kehidupan Sang Maestro. Dipentaskan pada 4-5 Oktober 2016 di Taman Budaya Jawa Tengah, namun  penggalannya sudah dipresentasikan di Balai Soedjatmoko pada 21 Sepetember 2016.


Lengger Transgender
            Sosok Dariah cukup menarik untuk diamati dan ditelusuri. Terlahir sebagai laki-laki bernama Sadam di desa Plana -Banjarnegara, yang kemudian memilih menuruti jiwa femininnya dan mengabdi pada seni tradisi Lengger. Ia meyakini bahwa hidupnya terlahir untuk menari.
Ia pernah mendapat penghargaan dari pemerintah RI pada 2010. Kini usia Dariah sudah 92 tahun. Keteguhan dan kesetiaannya pada garis yang diyakini membuatnya berumur panjang. Sebagai transgender, tentu tak mudah menghadapi masyarakat dan terutama keluarga. Tetapi yang menjadi target hidup Dariah adalah menjadi manusia seutuhnya dan berbahagia.  


            Frasa ahli matematika Pythagoras bahwa tubuh adalah penjara bagi jiwa rupanya tidak berlaku bagi Sadam hingga ia menjadi Dariah. Tetapi Dariah adalah pembuktian pemikiran Plato, bahwa tubuh adalah tanda, penanda bagi jiwa. Tubuh adalah bayangan jiwa yang melekat di dalamnya. Dariah yang bertubuh laki-laki, akan terbentuk, terolah seperti jiwa feminine yang dimilikinya. Tubuh Sadam akan mengikuti bagaimana jiwanya bertingkah laku.  
Pendapat bahwa tubuh adalah penjara jiwa justru saya curigai sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan yang paling mendasar secara merdeka. Dariah mampu mengembangkan diri sebagai manusia bebas mensikapi tubuhnya sendiri.
Ia tahu, salah satu tugas manusia adalah berbahagia. Kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan hedonistik. Kebahagiaan yang diraih oleh Dariah adalah hasil capaian tindakan rasional dengan segala risiko yang harus dia tanggung dalam kompleksitas masyarakat (Banyumas).



     
Rekonstruksi Dariah           
Selama tiga tahun Otniel meriset kehidupan Dariah di Banyumas.  Lalu ia menangkap ada proses menyemesta (menjadi satu dengan semesta) bagaimana religiusitas, kebersahajaan dan kesederhanaan sudah menjadi laku hidupnya.
Nosheheorit adalah rekonstruksi bagaimana penyerahkan diri Dariah secara utuh kepada Sang Hidup. Adalah kesdaran pada manunggalnya rasa dan karsa. Tubuhnya telah menunaikan tugas dengan baik.
Dengan tata panggung simple, hanya lembaran panjang anyaman bambu sebagai representasi rumah tinggal Dariah yang sederhana dan tata lampu remang, lima penari berkostum minimalis, mengawalinya dengan mengunyah sirih, memerahkan bibir secara alami sealami Dariah memerahkan (baca: menegaskan) dirinya sebagai Lengger luwes dan fasih menarikan tubuh mengikuti jiwanya. 




Nosheheorit ekspresi ketubuhan Dariah sebagai Lengger (lanang –laki-laki) yang nyawiji. Meleburnya dualitas laki-laki dan perempuan menjadi satu dipresentasikan dengan sangat bagus, manakala seorang penari perempuan, berkelindan dengan penari laki-laki merunut bagian-bagian tubuhnya sebagai penggambaran bagaimana Dariah merumuskan identitas diri.
Kesetiaan tubuh yang mengikut bentuk jiwa disampaikan dengan gerakan pinggul, pangkal lengan dan liukan serta tatapan mata khas seni tari pesisir yang berani, terus terang dan konsisten.
Namun, di tengah pertunjukan, Otniel masuk ke panggung dengan busana kebesaran seorang lengger (bersanggul, berkain dan kemben merah), kontras dengan lima penarinya yang tampil kontemporer. Secara visual sedikit menjadikan pertunjukan itu oleng. Namun rupanya bergabungnya Otniel di panggung adalah bayangan Dariah yang hadir sebagai ruh.
Dipertegas dengan audio yang menyuarakan sebait kalimat yang rupanya itu kalimat yang berisi tentang Dariah manakala menyatakan tentang konsep nyawiji yang menjadi spirit hidupnya.      
Sebagai hiburan, Nosheheorit berhasil menunaikan tugasnya. Sebagai pembawa pesan kedirian manusia, Nosheheorit telah menyampaikan dengan baik. Namun sebagai seni pertunjukan, tentu masih sangat mungkin untuk dikembangkan dan dieksplorasi lagi sehingga tidak mati, tetapi terus mengalami perkembangan tanpa meninggalkan warna asli.
Nosheheorit adalah keberpihakan untuk tidak memihak pada penghakiman gender. Tak ada perempuan, tak ada laki-laki. Yang adalah manusia yang utuh berjati diri. []  

Koreografer: Otniel Tasman
Fotografer : Budi Santosa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar